 |
Panasonic MC Comp using Nitto DirtDrop Stem and Dropbar |
 |
Bridgestone MB4 using Nitto DirtDrop Stem and Dropbar |
 |
Kona Explosif using Dimension Stem and Salsa Woodchipper Dropbar |
"Kenapa pakai dropbar di mountain bike?"
Mungkin ini pertanyaan yang timbul bila melihat dropbar dipakai di mountainbike. Melihat dropbar sekilas terlihat dan terkesan ribet untuk dipakai di medan offroad. Terbayang posisi yang tak nyaman dan terkesan ekstrim saat melewati jalur-jalur offroad, apalagi bila melewati turunan, bagaimana mengeremnya?
Dropbar, dalam sejarahnya ada sejak dahulu, mendahului
flat handlebar.
Kelebihan
dropbar dibandingkan dengan model lain adalah lebih banyak posisi tangan yg bisa ditawarkan dalam mengontrol sepeda.
Awal mulanya alasan dalam pemakaian
dropbar untuk
offroad di
mountainbike adalah karena posisi tangan yang lebih ergonomis dan juga memanfaatkan tangan serta tubuh kita sebagai suspensi alami karena belum adanya sistem suspensi depan waktu itu.
Untuk mencapai itu ada beberapa syarat yang harus diterapkan dalam penggunaan
dropbar untuk
offroad yang berbeda bila dibandingkan untuk
onroad. Jadi tidak hanya langsung memakai
dropbar seperti di
roadbike ke
mountainbike. Syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam penggunaan dropbar di
mountainbike antara lain:
1. Posisi dropbar yang harus lebih tinggi.
Maksudnya lebih tinggi adalah posisinya harus lebih tinggi dibandingkan dengan
dropbar di
roadbike. Karena untuk
mountainbiking kita lebih sering memakai posisi di
dropnya untuk kontrol sehingga posisi
dropnya harus selevel dengan posisi
flatbar.
Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan stem dengan
rise yang lebih besar sudutnya >40 derajat, contohnya:
stem sepeda trial atau untuk sepeda
Panasonic MC-Comp saya menggunakan
quillstem DirtDrop dari
Nitto, atau kalau punya dana berlebih bisa
custom stem sendiri. Bisa juga dengan menambahkan
steerer extender atau mengganti
fork dengan
steerer tube yang lebih panjang.
2. Memakai dropbar yang lebih lebar,
Untuk
offroad, semakin sempit jarak
handlebar akan semakin susah mengontrol sepeda kita, oleh sebab itu
handlebar lebar seakan menjadi standar untuk
mountainbike. Untuk penggunaan
dropbar sangat disarankan pula untuk menggunakan
dropbar yg lebih lebar, dalam hal ini bisa dicapai dengan menggunakan dropbar dgn sudut
flare yg besar sehingga akan lebih ergonomis. Untuk ini saya beruntung bisa menemukan dropbar
DirtDrop RM-14 dari
Nitto.
3. Menyesuaikan drivetrain dengan kokpit yang sekarang.
Mengganti
flatbar dengan
dropbar otomatis akan merubah pula
drivetrain untuk penyesuaian.
Untuk pengereman bila kita masih memakai rem
cantilever maka kita cukup mengganti
brakelever dengan
brakelever standar
roadbike yang tidak terlalu sulit untuk ditemukan, namun bila sepeda sudah menggunakan
V-brake atau
discbrake maka diperlukan
brakelever khusus dengan mekanisme
linear pull ataupun menggunakan
discbrake khusus
roadbike yang sekarang sudah mulai banyak bermunculan.
Sementara untuk
gearshifternya harus pula disesuaikan, bisa digabungkan dengan
brakelevernya (
brifter) ataupun dipisahkan. Bila memakai
brifter maka
derrailleur depan pun harus disesuaikan. Untuk sepeda saya, saya menggunakan
Shimano bar end shifter yang bisa diatur untuk mode
index ataupun
friction.
Untuk
mountainbike dengan memakai
dropbar kita bisa lihat kembali ke sejarah awal-awal perkembangan
mountainbike, dalam hal ini dipelopori oleh
Charlie Cunningham,
Steve Potts,
Ross Shafer (
Salsa),
Scott Nicols (
Ibis) dan tidak lupa
Grant Petersen (Rivendell) dengan
Bridgestone MB-1 yang merupakan
mountainbike dengan
dropbar yang pernah diproduksi secara massal yang kemudian diikuti oleh
Specialized dengan model
RockCombonya, dan mungkin pabrikan-pabrikan lain yang saya tidak tahu.